JAKARTA - Terkait capres 2024, ada tiga nama yang surveinya selalu berada di papan atas: Prabowo, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Dalam berbagai survei, ketiga tokoh ini selalu bersaing.
Pilpres 2024, akan ada dua sampai tiga pasang calon. Jika tiga pasang calon, maka ketiga tokoh di atas kemungkinan akan bertarung.
Ada pihak-pihak yang berupaya agar Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua pasang calon. Mereka adalah pemerintah dan pengusaha. Dengan dua pasang calon, kegaduhan akibat hirup pikuk politik lebih mudah dikontrol. Selain tentu saja, anggaran pemilu tidak membengkak karena hanya satu putaran. Dengan satu putaran, biaya politik juga akan rendah. Ini yang diharapkan oleh para bohir.
Siapapun yang akan maju di Pilpres 2024, terutama jika dua pasang, ini akan seru. Sebab, pemanasannya cukup lama.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies Menguat, Semua Merapat
|
Yang tak kalah gesitnya adalah gerakan para calon cawapres. Di sini ada nama Sandiaga Uno. Tokoh satu ini punya relawan loyal dengan mesin politik yang terus bergerak. Ganteng, smart, tajir, dengan gaya komunikasi "gaul" serta elektabilitas di posisi keempat menjadi kelebihan tokoh yang satu ini. Posisi Sandiaga Uno sebagai menteri saat ini juga menguntungkan untuk terus branding dan menaikkan popularitas.
Selain Sandiaga Uno, nama Puan juga semakin populer. Puan punya partai yang bisa mengusung sendiri capres-cawapres. Puan paling aman diantara calon cawapres.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies untuk Semua
|
AHY juga selalu masuk dalam penjaringan survei cawapres. Popularitas dan elektabilitasnya cukup signifikan. Partai punya, logistik kabarnya juga tidak kalah dengan yang lain. Bicara AHY tak lepas dari Sang Maestro politik yaitu SBY.
Ada juga Erick Thohir. Menteri BUMN ini mulai rajin bermanuver. Soal logistik, Erick Thohir tergolong orang kuat. Kedekatan Erick Thohir dengan ormas Ansor diduga menjadi bagian dari persiapan 2024. Santer kabar bahwa Erick Thohir juga terlibat aktif di Muktamar PBNU bulan desember lalu. Jika benar, maka ini tanda serius bahwa Erick Thohir boleh jadi akan menjadikan NU sebagai bagian dalam bergaining.
Ada juga Ridwan Kamil dan Khofifah Indraparawansa. Dua Gubernur ini memiliki elektabilitas di atas Erick Thohir dan Puan Maharani. Posisinya sebagai kepala daerah bisa dikelola untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas.
Perlu dipahami bahwa nasib capres, beda dengan cawapres. Kalau capres, jauh-jauh hari relatif bisa dibaca. Meski tidak bisa hitam putih. Sementara capres baru nampak injury time. Apa yang menentukan?
Ada tiga pertimbangan untuk menentukan cawapres. Pertama, partai. Terutama partai-partai besar, mereka bisa sodorkan cawapres dengan jaminan tiket partai.
Kedua, elektabilitas. Kalau elektabilitasnya tinggi, dan dianggap bisa menjadi penentu kemenangan, maka ini akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan cawapres.
Ketiga, logistik. Elektabilitas pas-pasan, tapi duitnya banyak, maka bisa dipilih jadi cawapres.
Namun yang pasti, nasib cawapres akan ditentukan oleh partai pengusung. Mereka akan melihat bagaimana elektabilitasnya dan duitnya. Kalau dua ini ok, peluang untuk menjadi cawapres akan besar. Dalam konteks ini, Sandiaga Uno, Erick Thohir dan AHY punya kans besar.
Namun Khofifah punya NU Jawa Timur yang pemilihnya 30 juta. Dan Ridwan Kamil punya warga Jawa Barat dengan pemilih 34 juta. Apakah memilih kedua kepala daerah menguntungkan secara elektoral? Bisa jadi!
Baca juga:
Ilham Bintang: Ya Ampun, Presiden
|
Semua punya peluang. Dan peluang itu akan bergantung pada dinamika jelang pendaftaran Pilpres 2024.
Kasus 2019 dimana Kiai Ma'ruf Amin yang terpilih, ini bisa terulang di 2024. Tahu-tahu Gus Yahya Staquf, ketua PBNU ini yang jadi cawapres. Tak menutup kemungkinan Jokowi jadi cawapresnya Prabowo, ini juga seru. Boleh jadi Ahok dan Gibran akan muncul juga namanya di tahun-tahun terakhir jelang Pilpres. Semua peluang masih terbuka.
Jakarta, 18 Januari 2022
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa