OPINI - Dijegal ! Kata yang selalu diasosiakan kepada Anies Baswedan. Sepanjang menjabat sebagai Gubernur DKI, Anies selalu mendapat gangguan. Tujuannya? Agar terbentuk persepsi publik bahwa Anies gagal mengelola Jakarta. Dengan begitu, elektabilitas Anies akan buruk dan partai tidak tertarik mengusungnya. Untuk tujuan ini, dikerahkanlah buzzer secara massif. Diduga ada operasi inteligen yang juga ikut bekerja. Indikatornya? Nama Anies begitu buruk di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Padahal, Anies Gubernur DKI. Bukan Gubernur Jatim atau Jateng. Dan nama Anies seketika bersih setelah Muhaimin menjadi cawapresnya.
Inilah langkah pertama untuk menjegal Anies dengan cara menciptakan persepsi negatif di mata publik. Seperti: gubernur gagal, hanya bisa bicara tapi gak bisa kerja, Jakarta amburadul, kadrun, didukung Islam Garis Ekstrem, berpotensi menciptakan konflik masa depan, anti pancasila, dll. Ini semua tujuannya untuk men-down grade elektabilitas Anies dengan harapan tidak ada partai yang tertarik mengusungnya.
Kedua, Anies dijegal melalui partai pengusung. Lihat nasib Nasdem. Berbagai lobi kepada ketum Nasdem gagal, dua menterinya dipidanakan. Sementara sejumlah menteri lain sekaligus ketum partai yang diduga kuat terlibat kasus korupsi tetap aman dalam sandera politik. Ini bukan rahasia umum lagi.
PKS yang juga pengusung Anies mengaku mendapat tawaran amat menggiurkan untuk tidak mengusung Anies.
Meski Nasdem dan bisnis ketumnya babak belur, juga PKS yang mendapat tawaran sangat menggiurkan, kedua partai ini berteguh hati untuk tetap mengusung Anies Baswedan. Bukan pengurus dan kader partai, tapi Anies diyakini oleh kedua partai ini bisa memenangkan pilpres 2024 dan mampu membawa masa depan Indonesia yang lebih baik.
Belakangan PKB pasangakan Muhaimin dengan Anies. Tidak berselang lama, Muhaimin dipanggil KPK. Dugaan kasus 12 tahun lalu dibongkar-bongkar kembali. Faktanya? Muhaimin clear.
Baca juga:
Ilham Bintang: Ya Ampun, Presiden
|
Ketiga, langkah jegal Anies dilakukan melalui jalan kriminalisasi. Formula E dijadikan pintu masuk. Begitu besar pressure kepada penyelidik dan penyidik KPK untuk mentersangkakan Anies. Dengan pressure yang super kuat ini membuat para elit politik di luar gedung KPK yakin Anies akan ditahan dalam pemeriksaan terakhirnya di hari jumat. Faktanya? Anies selamat. Karena memang tidak ada dua alat bukti cukup. Sebalikya, internal KPK gaduh dan ketua KPK yakni Firli Bahuri sekarang jadi tersangka Polda Metro Jaya karena kasus pemerasan. Kok KPK melakukan pemerasan? Begitulah faktanya.
Tanggal 19 Oktober 2023 Anies Baswedan-Muhaimin pun mendaftarkan diri ke KPU dengan diantar oleh ratusan ribu relawan. Semangat perubahan menggema di gedung KPU.
Saat ini, ada tiga kontestan di pilpres 2024. Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Jika pilpres satu putaran, Prabowo-Gibran berharap menang. Ini satu-satunya cara untuk paslon nomor 02 ini berupaya keras memenangkan kontestasi satu putaran. Strateginya? Libatkan instrumen kekuasaan dan sebar secara masif uang-sembako. Wilayah utamanya Jatim dan Jateng. Tapi, ini bukan hal yang mudah. Apalagi melihat faktor Prabowo yang terus melakukan blunder dengan instabilitas emosinya.
Kalau pilpres terjadi dua putaran, hampir semua survei yang kredible mengungkapkan bahwa Anies-Muhaimin sebagai pemenangnya. Lihat survei hari ini, pilpres sulit bisa satu putaran karena tidak ada yang elektabilitasnya mencapai 50 + 1 persen. Besar kemungkinan dua putaran. Kalau pilpres dua putaran maka Anies-Muhaimin paling berpeluang menang. Bagaimana cara kalkulasinya?
Saat ini, elektabilitas Prabowo-Gibran paling tinggi dan cenderung turun. Disusul Anies-Muhaimin sebagai runner up yang cenderung naik elektabilitasnya. Elektabilitas Ganjar-Mahfud di bawah 20%. Angkanya stagan dan cenderung turun.
Masuk putaran kedua: Anies-Muhaimin vs Prabowo-Gibran. Pemilih Ganjar-Mahfud diprediksi akan ke Anies-Muhaimin. Mereka cenderung tidak ke Prabowo-Gibran karena dianggap musuh bebuyutan PDIP. Sementara pemilih Prabowo-Gibran berpotensi pecah, dan pecahannya otomatis ke Anies-Muhaimin.
Kok bisa pecah? Karena Kekuasaan Jokowi tersisa hanya tiga bulan, maka pengaruhnya terhadap instrumen negara tidak sekuat sebelumnya. Di sini akan terbuka jalan perlawanan dan pengkhianatan oleh anggota kelompok yang selama ini dianggap.kolega dan kawan. Kapal pecah dan penumpang bersiap naik skoci masing-masing untuk keluar dari kapal besar yang didesain Jokowi.
Semarang-Jakarta, 12 Januari 2024
Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa