POLITIK - Dalam sebuah kepemimpinan, harga diri adalah sebuah mahkota yang tak kasat mata namun berkilau di mata setiap orang yang dipimpin. Pemimpin yang memiliki harga diri adalah mereka yang meniti langkah dengan integritas, yang memahami bahwa keberhasilan yang sejati bukanlah sekadar prestasi atau kekuasaan, melainkan warisan nilai yang mereka tanamkan dalam hati setiap individu yang mereka bimbing. Mereka adalah cermin moral yang menginspirasi dan memberikan teladan, sosok yang membuat orang-orang tergerak bukan oleh ketakutan, melainkan oleh rasa hormat dan kekaguman.
Namun, ada sisi gelap yang sering mengintai, yang menggoda mereka untuk menukar harga diri dengan sesuatu yang jauh lebih fana, uang, pengaruh, atau kepentingan sesaat. Korupsi, bagi sebagian orang, mungkin hanya sekadar jalan pintas untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tapi sebetulnya, korupsi adalah cermin retak yang memperlihatkan cacat moral dalam diri seseorang. Ibarat berlian palsu yang berkilau di permukaan namun rapuh di dalam, pemimpin yang korup tampak hebat dari luar, namun dalam hati terdalam, mereka kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga, harga diri dan integritas.
Ketika seorang pemimpin jatuh dalam jeratan korupsi, itu bukan hanya penghancuran terhadap amanah yang dipercayakan, tapi juga sebuah pengkhianatan terhadap masyarakat yang berharap pada kejujuran dan kebijaksanaan mereka. Setiap rupiah yang diambil dengan cara yang salah adalah luka yang membekas dalam tubuh masyarakat, dan setiap janji yang dilanggar adalah tangga yang menuntun mereka semakin jauh dari kepercayaan publik. Betapa naifnya berpikir bahwa korupsi hanya melibatkan uang atau aset; sebenarnya, yang hilang adalah moralitas dan kejujuran yang tak ternilai harganya.
Pemimpin yang sejati adalah mereka yang mampu menolak godaan ini. Mereka sadar bahwa kekuasaan bukanlah hak untuk disalahgunakan, melainkan tanggung jawab untuk membangun dan memberi. Mereka tahu bahwa harta benda, jabatan, dan ketenaran hanyalah titipan sesaat, sementara harga diri adalah harta yang abadi, melekat pada diri mereka bahkan setelah masa kepemimpinan usai.
Baca juga:
Tony Rosyid: Berebut Warga NU
|
Mari menjadi pemimpin yang berharga di mata masyarakat, yang mampu menaklukkan bukan hanya tantangan, tapi juga diri sendiri. Karena di akhir perjalanan, penghormatan dan cinta dari mereka yang kita layani akan menjadi kenangan yang paling bermakna. Pemimpin yang memiliki harga diri adalah sosok yang tak akan mudah dilupakan, mereka yang memilih jalan integritas, ketimbang godaan korupsi yang hanya menunjukkan cacat moral.
Jakarta, 06 November 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi